Salima Sultan Begum | |||
---|---|---|---|
Pasangan | Bairam Khan Akbar |
||
Wangsa | Dinasti Timur | ||
Ayah | Nur ud-din Muhammad Mirza | ||
Ibu | Gulrang Begum | ||
Lahir | 23 Februari 1539 | ||
Meninggal | 15 Desember 1612 (umur 73) Delhi, India |
||
Dikubur | Mandarkar Garden, Agra | ||
Agama | Islam |
Salima Begum adalah wanita dengan posisi senior di harem kekaisaran. Karena itu, dia memegang pengaruh politik utama di Pengadilan Istana dan di Kekaisaran.[2] Namanya muncul dalam sejarah sebagai pembaca, penyair, yang menulis dengan nama samaran Makhfi (مخفی, "Hidden One") dan juga memohon kepada Akbar untuk memberikan pengampunan kepada anak tirinya, Jahangir.
Ruqaiya Sultan Begum adalah salah
satu Ratu Mughal kesayangan Kaisar Akbar dan istri pertama Kaisar Akbar. Ia
dilahirkan pada tahun 1542. Pernikahannya dengan Akbar terjadi pada tahun 1551
(pada usia 9th), dialah yang paling lama melayani Kaisar Akbar selama 54 tahun
. Penobatan Akbar berlangsung pada 14 Februari 1556 dan dia menjabat sebagai
Kaisar Mughal mulai dari tahun 1556-1605.
Rukaiya Begum lahir sebagai Timurid Princess. Dia adalah putri tunggal dari Hindal Mirza dan Sultanam Begum. Hindal Mirza adalah adik dari Humayun (ayah Akbar). Kakek Rukaiya Begum adalah Babur yang merupakan pendiri dari Kekaisaran Mughal di India.
Pada 1551, setelah kematian ayahnya, Hindal Mirza, Rukaiya menikah dengan Akbar Agung. Pernikahan diatur oleh Humayun. Kaisar Mughal Humayun adalah ayah dari Akbar dan paman dari Rukaiya.
Rukaiya Begum lahir sebagai Timurid Princess. Dia adalah putri tunggal dari Hindal Mirza dan Sultanam Begum. Hindal Mirza adalah adik dari Humayun (ayah Akbar). Kakek Rukaiya Begum adalah Babur yang merupakan pendiri dari Kekaisaran Mughal di India.
Pada 1551, setelah kematian ayahnya, Hindal Mirza, Rukaiya menikah dengan Akbar Agung. Pernikahan diatur oleh Humayun. Kaisar Mughal Humayun adalah ayah dari Akbar dan paman dari Rukaiya.
Kaisar Akbar memiliki rasa hormat
yang mendalam dan cinta untuk Rukaiya Begum. Pada saat konflik antara Akbar dan
Salim / Jahangir ( anak Akbar dari Jodha Bai ), Rukaiya mencoba untuk
menyelesaikan perselisihan tersebut. Dia juga membantu Jahangir untuk naik
takhta.
Rukaiya adalah wanita yang berpendidikan dan menyukai seni dan budaya dan tahu banyak bahasa seperti Chagatai, Persia, Arab dan Urdu.
Ruqaiya menjadi Ratu kesayangan Kaisar dari Kekaisaran Mughal pada usia empat belas tahun setelah aksesi suaminya naik takhta pada tahun 1556.
Sepanjang 54 tahun menikah, Ruqaiya tidak mempunyai anak, tapi dia diberi tanggung jawab utama untuk membesarkan cucunya, Pangeran Khurram ( anak Pangeran Salim masa depan Kaisar Shah Jahan, pendiri Taj Mahal ).
Sebelum kelahiran Pangeran Khurram, peramal telah melaporkan bahwa anak yang masih belum lahir ini ditakdirkan untuk menjadi pewaris Kekaisaran. Jadi, ketika Khurram lahir pada tahun 1592 dan baru berumur enam hari, Raja Akbar memerintahkan bahwa pangeran akan diambil dari ibunya ( Ratu Bilqis ) dan menyerahkannya ke Ruqaiya sehingga dia bisa tumbuh di bawah perawatan Rukaiya dan Raja Akbar bisa memenuhi keinginan istrinya tertuanya ini, untuk menaikkan kaisar Mughal Khurram tetap bersamanya.
Setelah remaja Pangeran Muda diizinkan untuk kembali ke rumah ayahnya dengan demikian lebih dekat dengan ibu kandungnya.
Tapi Ruqaiya tetap mengawasi pendidikan Khurram, sang pangeran menjadi favorit dari kakeknya Raja Akbar. Ayah Khurram, Jahangir mencatat bahwa Ruqaiya sangat mencintai Khurram "seribu kali lebih daripada anaknya sendiri.
Rukayah Sultan Begum juga mengambil bagian aktif dalam politik pengadilan seperti Salima Sultan Begum dan Mariam-uz-Zaman
Rukaiya adalah wanita yang berpendidikan dan menyukai seni dan budaya dan tahu banyak bahasa seperti Chagatai, Persia, Arab dan Urdu.
Ruqaiya menjadi Ratu kesayangan Kaisar dari Kekaisaran Mughal pada usia empat belas tahun setelah aksesi suaminya naik takhta pada tahun 1556.
Sepanjang 54 tahun menikah, Ruqaiya tidak mempunyai anak, tapi dia diberi tanggung jawab utama untuk membesarkan cucunya, Pangeran Khurram ( anak Pangeran Salim masa depan Kaisar Shah Jahan, pendiri Taj Mahal ).
Sebelum kelahiran Pangeran Khurram, peramal telah melaporkan bahwa anak yang masih belum lahir ini ditakdirkan untuk menjadi pewaris Kekaisaran. Jadi, ketika Khurram lahir pada tahun 1592 dan baru berumur enam hari, Raja Akbar memerintahkan bahwa pangeran akan diambil dari ibunya ( Ratu Bilqis ) dan menyerahkannya ke Ruqaiya sehingga dia bisa tumbuh di bawah perawatan Rukaiya dan Raja Akbar bisa memenuhi keinginan istrinya tertuanya ini, untuk menaikkan kaisar Mughal Khurram tetap bersamanya.
Setelah remaja Pangeran Muda diizinkan untuk kembali ke rumah ayahnya dengan demikian lebih dekat dengan ibu kandungnya.
Tapi Ruqaiya tetap mengawasi pendidikan Khurram, sang pangeran menjadi favorit dari kakeknya Raja Akbar. Ayah Khurram, Jahangir mencatat bahwa Ruqaiya sangat mencintai Khurram "seribu kali lebih daripada anaknya sendiri.
Rukayah Sultan Begum juga mengambil bagian aktif dalam politik pengadilan seperti Salima Sultan Begum dan Mariam-uz-Zaman
i. Pada awal 1600-an, Ruqaiya,
Salima Sultan Begum dan Maryam Uz Zamani bersama dengan wanita lain di Istana
para istri memainkan peran penting dalam negosiasi penyelesaian antara Akbar
dan Jahangir ( ketika hubungan mereka telah berubah / renggang )
Rukayah akhirnya membantu untuk membuka jalan untuk aksesi Jahangir tahta.
Selama masa pemerintahan Jahangir, Ruqaiya dan Salima Sultan Begum memainkan peran penting lagi dalam dalam hal memberikan pengampunan untuk Khan-i-Azam, Mirza Aziz Koka, yang telah dijatuhi hukuman mati oleh Jahangir.
Terlepas dari istana di Fatehpur Sikri, Ruqaiya dimiliki istana di luar benteng di Agra, dekat sungai Jamuna, hak istimewa yang diberikan kepada putri Mughal dan Permaisuri Kaisar.
Pada tahun 1607, Ruqaiya pergi untuk ziarah ke makam ayahnya Hindal, di Kabul, sambil ditemani oleh anak tiri dan cucu kesayangannya Jahangir dan Khurram. Dalam tahun yang sama, Sher Afghanistan Quli Khan,Jagirdar dari Burdwan meninggal dan istrinya Mehrunnissa (yang nantinya menjadi Ratu Nur Jahan istri ke 20 Jahangir yang paling terkenal daripada istri yang lain ) dipanggil ke Agra oleh Jahangir untuk bertindak sebagai-dayang ke Ratu Ruqaiya. Mengingat adanya koneksi politik genting Sher Afghanistan sebelum kematiannya, sehingga keluarganya berada dalam bahaya besar dan oleh karena itu demi melindungi janda Quli Khan, Mehrunnissa di panggil ke Agra bersama putrinya, Ladli Begum untuk menjabat sebagai dayang-menunggu untuk Ratu Rukayah selama empat tahun.
Hubungan yang tumbuh antara Ruqaiya dan Mehrunnissa tampaknya telah menjadi sangat terikat satu sama lain, sampai pada kematian Ruqaiya di tahun 1626 . seorang pedagang Belanda, Pieter van den Broecke mengatakan: "Mehrunissa sangat mencintai dan menyayangi Ruqaiya Begum hingga akhir hayatnya”
Ruqaiya meninggal pada tahun 1626, pada usia 84 setelah hidup lebih lama dari suaminya selama 20 tahun. Dia dimakamkan di Gardens of Babur (Bagh-e-Babur) di Kabul, yang juga merupakan tempat peristirahatan dari kakeknya, Kaisar Babur dan ayahnya, Hindal Mirza. Makamnya dibangun oleh cucu tercintanya, Kaisar Shah Jahan.
Dalam otobiografinya, Jahangir memberikan status terhormat sebagai istri pertama Raja Akbar.
Rukayah akhirnya membantu untuk membuka jalan untuk aksesi Jahangir tahta.
Selama masa pemerintahan Jahangir, Ruqaiya dan Salima Sultan Begum memainkan peran penting lagi dalam dalam hal memberikan pengampunan untuk Khan-i-Azam, Mirza Aziz Koka, yang telah dijatuhi hukuman mati oleh Jahangir.
Terlepas dari istana di Fatehpur Sikri, Ruqaiya dimiliki istana di luar benteng di Agra, dekat sungai Jamuna, hak istimewa yang diberikan kepada putri Mughal dan Permaisuri Kaisar.
Pada tahun 1607, Ruqaiya pergi untuk ziarah ke makam ayahnya Hindal, di Kabul, sambil ditemani oleh anak tiri dan cucu kesayangannya Jahangir dan Khurram. Dalam tahun yang sama, Sher Afghanistan Quli Khan,Jagirdar dari Burdwan meninggal dan istrinya Mehrunnissa (yang nantinya menjadi Ratu Nur Jahan istri ke 20 Jahangir yang paling terkenal daripada istri yang lain ) dipanggil ke Agra oleh Jahangir untuk bertindak sebagai-dayang ke Ratu Ruqaiya. Mengingat adanya koneksi politik genting Sher Afghanistan sebelum kematiannya, sehingga keluarganya berada dalam bahaya besar dan oleh karena itu demi melindungi janda Quli Khan, Mehrunnissa di panggil ke Agra bersama putrinya, Ladli Begum untuk menjabat sebagai dayang-menunggu untuk Ratu Rukayah selama empat tahun.
Hubungan yang tumbuh antara Ruqaiya dan Mehrunnissa tampaknya telah menjadi sangat terikat satu sama lain, sampai pada kematian Ruqaiya di tahun 1626 . seorang pedagang Belanda, Pieter van den Broecke mengatakan: "Mehrunissa sangat mencintai dan menyayangi Ruqaiya Begum hingga akhir hayatnya”
Ruqaiya meninggal pada tahun 1626, pada usia 84 setelah hidup lebih lama dari suaminya selama 20 tahun. Dia dimakamkan di Gardens of Babur (Bagh-e-Babur) di Kabul, yang juga merupakan tempat peristirahatan dari kakeknya, Kaisar Babur dan ayahnya, Hindal Mirza. Makamnya dibangun oleh cucu tercintanya, Kaisar Shah Jahan.
Dalam otobiografinya, Jahangir memberikan status terhormat sebagai istri pertama Raja Akbar.
Abdul Rahim adalah salah satu dari Sembilan menteri penting di pengadilan Mughal pada masa kejayaan Raja Akbar. Dia juga seorang penyair yang telah menulis banyak buku astrologi,
Rahim lahir tanggal 17 Desember 1556 di Lahore Pakistan. Abdul Rahim mendapatkan gelar Mirza Khan. Dia adalah anak kandung Bairam Khan orang kepercayaan dan pengawal setia Raja Akbar, ibu kandungnya adalah Jamal Khan, dan istrinya bernama Mah Banu / Moon Lady adik Mirza Aziz kokah, putra Ataga Khan, pengawal Raja Akbar yang telah meninggal dunia dibunuh Adam Khan.
xml feed |
Meskipun terlahir sebagai seorang Muslim, Rahim adalah pemuja Dewa Krishna dan menulis puisi yang didedikasikan kepada Khrisna . Abdul Rahim juga dikenal karena caranya yang aneh saat memberi sedekah kepada orang miskin. Dia tidak pernah melihat wajah orang yang ia beri sedekah, dia selalu menundukkan tatapannya ke bawah dengan segala kerendahan hati. Abdul Rahim Khan-i-Khana sangat terkenal suka melakukan pekerjaan amal untuk kepentingan masyarakat miskin.
Abdul Rahim yang mencoba menerjemahkan Baburnama ( otobiografi ttg Raja Babur, kakek Raja Akbar ) dan menulis berbagai macam Dohas. Dia sangat pintar dalam bahasa Sansekerta. Dia juga telah menulis buku astrologi seperti Dwa Wishd Yogavali dan Khet Kautukam.
Kedua putranya dibunuh oleh putra Akbar Jahangir dan tubuh mereka dibiarkan membusuk di Khooni Darwaza karena Rahim tidak mendukung aksesi Jehangir naik takhta pada saat kematian Raja Akbar.
Abdul Rahim meninggal pada tahun 1627. Makamnya terletak di Nizamuddin East di Mathura jalan dekat Makam Humayun di New Delhi. Dibangun oleh dia untuk istrinya pada 1598, dan jenazahnya di makamkan juga disana pada tahun 1627.
0 komentar:
Posting Komentar