Senin, 10 November 2014

BAHASA dan SASTRA: MAJAS

Majas adalah gaya bahasa dalam sebuah kalimat / karya sastra yang berfungsi memberikan tekanan / efek pada kalimat tersebut. 
1.   Majas Perbandingan
a.   Majas metafora. Yaitu gaya bahasa yang memperbandingkan suatu benda dengan benda lain dan keduanya memiliki sifat yang sama atau penggunaan bahasa kiasan.
Contoh :
-     Ibu Rani sangat menyayangi ke tiga buah hatinya. Buah hati yang dimaksud di sini adalah kata pengganti dari anak.
-     Engkau adalah belahan jantungku. Belahan jantungku yang dimaksud adalah kekasihku.
b.  Majas personifikasi. Yaitu gaya bahasa yang mengibaratkan benda mati menjadi seolah-olah hidup dengan memberikan sifat seperti makhluk hidup.
Contoh :
-     Ketika angin bertiup, padi melambaikan tangannya. Arti dari melambaikan tangan untuk padi ialah gerakan tangkai daunnya yang ditiup angin.
-     Rinai hujan menari-nari di halaman rumahku.  Kalimat tersebut memiliki arti hujan yang turun di halaman rumah karena ditiup angin maka hujan tersebut seperti menari.
c.   Majas asosiasi / simile. Yaitu gaya bahasa yang menggunakan sebuah ibarat untuk memberikan penekanan yang jelas kepada pembaca. Biasanya, sebelum kata ibarat, didahului oleh kata penghubung : seperti, bak, bagaikan, laksana, layaknya, dsb.
Contoh :
-     Wajahmu bagaikan rembulan di malam hari.
-     Persahabatan kita layaknya rantai yang kuat.
-     Orang sakit itu wajahnya pucat bagai mayat.
d.  Majas simbolik. Yaitu gaya bahasa yang menggunakan simbol / lambang untuk melukiskan sesuatu dan biasanya di lambangkan menggunakan benda, hewan atau tumbuhan.
Contoh :
-     Ia seorang lintah darat. Lintah darat = rentenir
-     Rumah susun di wilayah Jakarta Timur dilalap si jago merah. Jago merah = api
e.   Majas metonimia. Yaitu gaya bahasa yang menyebutkan merek benda tersebut untuk menyatakan sebuah benda.
Contoh :
-     Nenek belanja membeli Rheumason. Rheumason adalah nama merek dari balsam.
-     Ibu pergi ke sekolah mengendarai Ertiga. Ertiga adalah nama merek dari produk mobil.
-     Bibi pergi ke supermarket membeli Bimoli. Bimoli adalah nama produk sebuah minyak goreng.
f.   Majas litotes. Yaitu gaya bahasa yang menggunakan kata yang dimaksudkan untuk merendahkan hati.
Contoh :
-     Silakan mampir ke gubuk saya bila ada waktu. Gubuk = rumah
-     Paman hanya memiliki sejengkal tanah. Sejengkal yang dimaksudkan di sini bukan paman hanya memiliki tanah satu jengkal.
g.   Majas eufemisme. Yaitu gaya bahasa yang menggunakan kata yang lebih sopan supaya terhindar dari tabu.
Contoh :
-     Orang itu mungkin sudah berubah akal. Berubah akal = gila.
-     Dimanakah kamar kecilnya? Kata tersebut lebih sopan daripada “Dimanakah tempat kencingnya?”
h.  Majas antonomasia. Yaitu gaya bahasa yang menggunakan ciri orang tersebut untuk memanggil nya.
Contoh :
-     Si cungkring. Cungkring = kurus
-     Si gembrot. Gembrot = gendut
-     Si cebol. Cebol = kecil
i.    Majas sinekdoke. Dibagi 2.
1)  Sinekdoke pars prototo, yaitu gaya bahasa yang melukiskan sebagian untuk seluruh. Contoh :
-     Sejak kemarin ia tidak kelihatan batang hidungnya. Batang hidung digunakan untuk mewakili seluruh tubuhnya.
-     Penjual alat dapur itu lebih menggunakan sistem pintu ke pintu. Pintu ke pintu digunakan untuk mewakili kata rumah ke rumah.
2)  Sinekdoke totem pro partai, yaitu gaya bahasa yang melukiskan keseluruhan untuk sebagian.
-     Indonesia menang 4-0 atas Maladewa di pertandingan sepak bola Asian Games XVII/2014 di Stadion Incheon hari ini. Kata Indonesia dan Maladewa bukan berarti seluruh warga kedua negara bertanding. Melainkan hanya melukiskan sebagian atlet saja yang bertanding sepak bola.
-     Aktor muda tersebut disukai kaum hawa. Kata kaum hawa merujuk pada seluruh perempuan. Tetapi kenyataannya, ia hanya disukai sebagian perempuan saja.
Majas penegasan yaitu majas yang mengandung pengulangan bunyi, suku kata, frasa, atau kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah hubungan kalimat. 

2.  Majas Penegasan
a.   Majas pleonasme. Yaitu gaya bahasa yang menggunakan kata yang sebenarnya tidak perlu dipakai sebab sudah dijelaskan pada kata yang mendahuluinya.
Contoh :
-     Aku melihat dia mencuri dengan mata kepalaku sendiri. Yang pasti, ia melihat pasti dengan matanya sendiri.
-     Tolong maju ke depan! Jelas, bahwa maju itu ke depan.
b.  Majas repetisi. Yaitu gaya bahasa yang mengulang-ulang sepatah / beberapa kata dalam beberapa kalimat.
Contoh :
-     Hanya engkau yang kudamba. Hanya engkau yang kurindukan. Hanya engkau yang kunanti.
-     Marilah kita sambut idola kita. Marilah kita sambut pahlawan kita. Marilah kita sambut sang juara.
c.   Majas tautologi. Yaitu gaya bahasa yang mengulang-ulang beberapa kata atau menggunakan beberapa sinonim kata tersebut berturut-turut dalam sebuah kalimat.
Contoh :
-     Jika aku kau bohongi, sungguh aku benci, benci, benci.
-     Gapailah asaharapan, dan cita-citamu setinggi langit.
d.  Majas paralelisme. Yaitu gaya bahasa yang mengulang kata yang sama dalam sebuah puisi. Ada 2, yaitu:
1)  Anafora, yaitu kata yang diulang terdapat pada awal larik
Contoh :
-     Kekasihku
Apatah kekal
Apatah takbersalin rupa
Apatah boga’sepanjang masa
2)  Epifora, yaitu kata yang diulang terdapat pada akhir larik.
Contoh :
-     Kalau kumau, aku akan datang
Jika kaukehendaki, aku akan datang
Bila kauminta, aku akan datang
e.   Majas klimaks. Yaitu gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang berturut-turut yang makin lama makin menghebat (naik)
Contoh :
-     Pelajaran yang kamu dapat di sekolah hendaknya kamu hafalkan, kamu pahami, dan barulah kamu kuasai.
-     Pejabat RT, RW, kepala desa sampai presiden pun tidak bisa mencampuri urusan pribadi seseorang.
f.   Majas antiklimaks. Yaitu gaya bahasa yang kata-katanya makin lama makin melemah / turun (kebalikan dari majas klimaks).
Contoh :
-     Acara tersebut dihadiri oleh siswa SMA, SMP, sampai SD di kabupaten tersebut.
-     Hari jadi Kabupaten Tulungagung dirayakan oleh warga kota hingga pelosok desa.
g.   Majas inversi. Yaitu gaya bahasa yang mementingkan predikat, dengan meletakkan di depan subjek.
Contoh :
-     Lebar sekali tertawanya. Lebar sekali merupakan predikat, tertawanya adalah subjek.
-     Sangat putih giginya. Sangat putih merupakan predikat, giginya adalah subjek.
h.  Majas elipsi. Yaitu gaya bahasa yang menghilangkan subjek atau predikat atau jabatan kalimat yang lain dianggap sudah diketahui.
Contoh :
-     Ali ke sekolah pagi-pagi. (penghilangan predikat pergi)
-     Berbohong lagi kan? Bosan aku! (penghilangan subjek kamu)
i.    Majas retoris. Yaitu gaya bahasa yang menggunakan kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh :
-     Mungkinkah orang mati dapat hidup kembali?
-     Apakah arti dari semua ini?
j.   Majas koreksio. Yaitu gaya bahasa yang mengandung pembetulan dari kata yang sudah diucapkan, baik itu disengaja maupun tidak sengaja.
Contoh :
-     Silakan pulang anak-anak, eh maaf, silakan istirahat!
-     Hasil hitung perkalian 8 kali 7 adalah 54, eh maksud saya 56.
k.   Majas asindenton. Yaitu gaya bahasa yang berisi penyebutan berturut-turut hal, keadaan, atau benda tanpa kata penghubung.
Contoh :
-     Vini, vidi, vici adalah ucapan Julius Caesar yang berarti saya datang, saya lihat, saya menang.
l.    Majas polisindenton. Yaitu gaya bahasa yang menggunakan banyak kata penghubung, (kebalikan dari majas asindenton).
Contoh :
-     Sebelum pulang, maka ia rapikan lagi peralatan sekolahnya karena besok akan dipergunakan lagi. Lagipula, Pak Karto sering marah jika melihat perkakas berserakan.

3.  Majas Pertentangan
a.   Majas paradoks. Yaitu gaya bahasa yang seolah-olah bertentangan, ternyata tidak karena objeknya berlainan.
Contoh :
-     Dia kaya, tetapi miskin. Maksudnya, dia kaya harta, tetapi miskin ilmu.
-     Aku sungguh kesepian di tempat seramai ini. Maksudnya dia kesepian tidak mempunyai teman di tengah keramaian.
b.  Majas antitesis. Yaitu gaya bahasa yang menggunakan paduan kata berantonim.
Contoh :
-     Susah senangsedih gembira, kita lalui bersama.
-     Hidup matiku, semuanya hanya atas kuasa Allah.
c.   Majas kontradiksio. Yaitu gaya bahasa yang memperlihatkan pertentangan pernyataan dengan yang diucapkan sebelumnya.
Contoh :
-     Semuanya sudah hadir di kelas ini kecuali Dicky yang sedang sakit. Kata kecuali bertentangan dengan kata semuanya sudah hadir.
-     Ruangan ini kosong, sepi dan sunyi. Tak ada suara di dalamnya. Hanya detakan jam dinding saja yang terdengar. Kata tak ada suara bertentangan dengan suara detakan jam dinding yang terdengar.
d.  Majas oksimoron. Yaitu gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama.
Contoh :
-     Siaran radio dapat dipakai untuk sarana persatuan dan kesatuan, tetapi dapat juga sebagai alat untuk memecah belahsuatu kelompok masyarakat atau bangsa.
-     Olahraga arung jeram sangat menyenangkan juga sangat berbahaya.
e.   Majas paronomasia. Yaitu gaya bahasa yang berupa penjajaran kata-kata berbunyi sama, tetapi bermakna lain.
Contoh :
-     Bisa ular bisa digunakan sebagai obat. Bisa yang pertama berarti racun, dan bisa yang kedua berarti dapat.
f.   Majas anakronisme. Yaitu gaya bahasa yang menggunakan dua hal yang memiliki latar belakang berbeda.
Contoh :
-     Gatot Kaca membuka Twitter.
-     Arjuna saling berkirim SMS dengan Srikandi untuk melepas rasa rindu.
Sumber : 1, 2, 3

0 komentar: