Rajkumari Heer Kunwari | |
---|---|
Ratu Permaisuri Kekaisaran Mughal | |
Penggambaran artistik Mariam-uz-Zamani alias Harka Bai | |
Memerintah | 6 Februari 1562 – 27 Oktober 1605 |
Permaisuri | Akbar |
Anak | |
Jahangir | |
Wangsa | Kachwahas dari Amer |
Ayah | Raja Bharmal |
Lahir | 1 Oktober 1542 Amer, India |
Meninggal | 19 Mei 1623 (usia 81)[1][2] Agra, India[3] |
Dikubur | Makam Mariam-uz-Zamani,Sikandra, Agra[1] |
Agama | Hinduisme |
Mariam-uz-Zamani, juga dikenal sebagai Heer Kunwari, Jodha Bai, Hira Kunwari atau Harka Bai, (1 Oktober 1542 – 19 Mei 1623) adalah seorang permaisuri Kekaisaran Mughal. Ia adalah istri dari Kaisar Mughal Akbar. Ia adalah istri kepala Rajput pertamanya,dan ibu dari Kaisar Mughal berikutnya, Jahangir, dan nenek dari Kaisar Mughal selanjutnya Shah Jahan. Jodha memiliki gelar mariam uz zamani yang berarti "Ibu Segala Zaman" karena dia menciptakan kerukunan antar umat beragama saat itu.
Jodha disebut sebagai Ibu Ratu Hindustan, pada masa pemerintahan Mughal yang Agung, Kaisar Akbar. Ia adalah Permaisuri Hindu Mughal yang menjabat paling lama. Masa jabatannya, dari 6 Februari 1562 sampai 27 Oktober 1605, memiliki rentang waktu 43 tahun.
Akbar memiliki 4 orang istri, yaitu Ruqayyah, Salimah,Mariam dan Sakinah. Di antara 4 istri tersebut, Jodha lah yang paling ia cintai. Meski apada awalnya hubungan mereka kurang akrab karena menganggap hanya sebagai pernikahan politik. bahkan jodha sempat dituduh sebagai penyebaba kematian calon anak Akbar dgn Ruqayyah dan masih banyak lagi tuduhan-tuduhan yang diterimanya. Meski begitu Jodha tetap tabah dan berani menguak kebenaran hingga Akbar pun mulai memahami dan mencintainya dengan tulus. Kecantikan dan kemerduan suara Jodha membuat Akbar takluk. Karena menghormati agamanya, Akbar mendirikan sebuah kuil pribadi untuk Jodha di istana.
Pernikahannya dengan Akbar menyebabkan terjadinya pergeseran secara bertahap dalam kebijakan keagamaan dan sosial di India. Pernikahan Akbar dengan Rajkumari Heer Kunwari adalah peristiwa yang sangat penting dalam sejarah Mughal. Dia secara luas diakui dalam historiografi India modern sebagai contoh dari toleransi di Mughal yaitu tentang perbedaan agama dan kebijakan inklusif mereka dalam memperluas kerajaan multi-etnis dan multi-denominasi.
Heer Kunwari lahir dari seorang putri Rajput (Rajkumari) dan merupakan putri sulung dari Raja Bharmal, dari Amer (Jaipur Modern). Dia adalah cucu dari Raja Amer Singh I. Rajkumari Heer Kunwari juga adik dari Raja Bhagwan Das, yang kemudian menjadi salah satu dari Sembilan Jewels/Permata (navaratnas) di Pengadilan Akbar.
Pernikahan
Dalam pernikahan yang bermotifkan politik, Heer Kunwari menikah dengan Akbar pada 6 Februari 1562 di Sambhar dekat Jaipur, Rajasthan, India. Heer Kunwari menjadi istri ketiga Akbar setelah Ruqaiya Sultan Begum, istri Akbar pertama dan Salima Sultan Begum, janda Pamannya, Bairam Khan. Jodha, sebagai ibu dari pewaris, jelas lebih diutamakan daripada semua istri lainnya Raja Akbar.
Meskipun dia seorang Hindu, Heer Kunwari dihormati dengan nama Mariam-uz-Zamani (Ibu Sepanjang Masa) setelah ia melahirkan Jahangir. Meskipun dia menjadi seorang istri yang non-Muslim, ia mendapat kehormatan yang besar dalam kerajaan Islam Mughal.
Pada awal 1569, Akbar sangat bahagia mendapat berita jika istrinya Heer Kunwari hamil, sesuai dengan ramalan Sheikh Salim Chisti, orang suci terkenal yang tinggal di Sikri. Selama hamil Heer dikirim ke tempat tinggal Sheikh Sikri untuk keamanan dan kesehatannya. Pada 30 Agustus 1569, anak itu lahir dan diberi nama Salim.
Selain gelarnya, Jodha atau Mariam-uz-Zamani, juga memegang gelar Wali Nimat Begum yang secara harfiah berarti Karunia Allah. Dia memegang gelar ini sepanjang hidupnya.
Pernikahan Akbar dengan Heer Kunwari menghasilkan pengaruh penting pada pada kehidupan pribadinya dalam mengeluarkan kebijaksanaan publik.
Kebiasaan penguasa Hindu menawarkan anak perempuan mereka untuk menikah dengan penguasa Muslim, meskipun tidak umum, sudah lazim di negara itu selama beberapa abad. Namun pernikahan Akbar dengan putri Amber / Amer secara merupakan indikasi awal kebijakannya berkembangnya eklektisisme agama. Pernikahan dengan putri Amer memperoleh dukungan kuat dari keluarganya selama masa pemerintahannya, dan memberikan bukti nyata pada seluruh dunia bahwa Akbar telah memutuskan untuk menjadi Pemersatu seluruh rakyatnya yaitu Hindu dan Muslim.
Akbar juga menikahi putri Rajput lainnya. Yang membuat para raja memiliki banyak keuntungan dari keluarga kerajaan Mughal tersebut.
Keponakan Jodha, Manbhawati Bai atau Manmati bai, putri kakaknya Bhagwan Das, menikah dengan Pangeran Salim pada 13 Februari 1585. Man bai kemudian menjadi ibu Pangeran Khusrau Mirza dan dianugerahi gelar Shah Begum oleh Jahangir.
Jahangir memberi hormat kepada ibunya dengan menyentuh kakinya. Dia mencatat kasus ini dengan rasa bangga. Referensi untuk ibunya didahului oleh julukan 'Hazrat', yang biasanya diperuntukkan bagi Yang Mulia sendiri. Cara ini menunjukkan betapa hormat dan cintanya kepada ibunya, Mariam-uz-Zamani. Sejumlah pernikahan terjadi di rumah tangga Mariam-uz-Zamani seperti pernikahan Jahangir untuk putri Jagat Singh, dan pernikahan Shehzada Parviz untuk putri Sultan Murad Mirza.
Agama
Akbar membiarkan Hindu berkembang dan juga membiarkan istrinya untuk melakukan ritual Hindu di istana kerajaan. Walau bertentangan dengan praktek yang biasa dilakukan Sultan, Akbar tidak memaksa Jodha untuk pindah agama, dan mendirikan sebuah kuil Hindu di istana kerajaan. Dia sendiri juga berpartisipasi dalam acara puja yang biasa dilakukan istrinya. Jodha adalah seorang pemuja Dewa Krishna. Sehingga istananya dihiasi dengan banyak lukisan Dewa Krishna.
Hubungan Kekerabatan
Hubungan persahabatan Akbar dengan Rajput dimulai setelah pernikahannya dengan Heer Kunwari. Ini adalah langkah penting yang sangat mempengaruhi kebijakan masa depannya.
Akbar memanggil Raja Man Singh I, keponakan dari Heer Kunwari dan anak Raja Bhagwan Das dari Amer, pewaris tahta Raja Bharmal, dia membawanya ke istana dan menjadi bagian dari kekaisaran, dengan memberinya kantor, Raja Bhagwan Das juga terdaftar diistananya.
Raja-raja dari Amer diuntungkan dari hubungan dekat mereka dengan Mughal, dengan memperoleh kekayaan dan kekuatan besar. Dari dua puluh tujuh Rajput dalam daftar Abu'l-Fazl dari mansabdars, tiga belas adalah klan Amer, dan beberapa dari mereka naik ke posisi tinggi menjadi pangeran kerajaan. Raja Bhagwan Das, misalnya, menjadi komandan 5000, posisi tertinggi yang tersedia pada saat itu, dan menyandang gelar Amir-ul-Umara (Chief Noble). Putranya, Man Singh I, mendapat posisi lebih tinggi menjadi komandan 7000 . Pernikahan ini dengan demikian, menguntungkan kedua Mughal dan Kachwaha Rajput dari Amer.
Akbar juga mengizinkan salah seorang putranya, Pangeran Daniyal, untuk dibawa oleh istri Raja Bharmal di Amer, sebagai tanda kehormatan bagi keluarga raja itu.
Politik dan kekuasaan
Semasa berkuasa, Mariam uz-Zamani dilaporkan menjadi wanita bisnis yang sangat cerdas, yang aktif dalam menjalankan perdagangan internasional seperti rempah-rempah, sutra, dll. dengan demikian, dia mengumpulkan banyak kekayaan. Dia adalah salah satu pedagang wanita paling luar biasa di kerajaan Mughal.
Mariam Zamani memiliki kapal yang membawa peziarah ke dan dari kota suci Islam Mekkah. Pada 1613, kapal-nya, Rahimi ditangkap oleh bajak laut Portugis bersama dengan 600-700 penumpang beserta muatannya. Kapal Rahimi merupakan kapal layar yang terbesar India yang berlayar di Laut Merah dan dikenal orang Eropa sebagai "kapal ziarah besar". Ketika Portugis secara resmi menolak untuk mengembalikan kapal dan penumpang, protes di pengadilan Moghul cukup luar biasa parah. Kemarahan ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pemilik dan pelindung kapal itu tidak lain adalah ibu yang sangat dihormati oleh kaisar saat itu. Anak Mariam-uz-Zamani, kaisar India Jahangir, memerintahkan penyitaan kota Portugis Daman. Episode ini dianggap menjadi contoh perjuangan untuk perebutan kekayaan yang nantinya akan terjadi dan penyebab terjadinya kolonoalisasi benua India.
Dia adalah salah satu dari empat anggota pengadilan (selain kaisar) dan satu-satunya perempuan yang memiliki 12.000 kavaleri, dan diperkenankan untuk menerima sebuah permata dari setiap bangsawan "menurut tanah miliknya" setiap tahun pada festival Tahun Baru. [Seperti beberapa perempuan lain di pengadilan Mughal, Mariam-uz-Zamani diberikan hak untuk mengeluarkan dokumen resmi (tunggal disebut farman), biasanya menjadi hak eksklusif kaisar. Penerbitan perintah tersebut terbatas pada wanita tertinggi harem seperti Hamida Banu Begum, Mariam-uz-Zamani, Nur Jehan, Mumtaz Mahal, Nadira Banu Begum dan Jahanara. Mariam Zamani, seperti Ratu Nur Jehan, Jodha menggunakan kekayaan dan pengaruhnya untuk membangun kebun, sumur, dan masjid di sekitar pedesaan.
Kematian
Mariam uz-Zamani meninggal pada 1623. Bahkan dalam kematian, dia tetap dekat dengan suaminya. Hanya dia istri Akbar yang dimakamkan dekat dengan Akbar. Makamnya, dibangun pada tahun 1623-1627, di jalan Tantpur sekarang dikenal sebagai di Jyoti Nagar. Meskipun dia tetap seorang Hindu sepanjang hidupnya, ia dimakamkan menurut adat Islam, Makam Mariam hanya satu kilometer dari Makam Akbar yang Agung.
Masjid Mariam Zamani Begum Sahiba dibangun oleh putranya Nuruddin Salim Jahangir untuk menghormatinya dan terletak di Walled City of Lahore, Pakistan . Ini adalah salah satu masjid paling awal di Lahore. Masjid ini juga menjadi salah satu masjid terbesar di Pakistan hari ini.
Ironi dari Jodhabai
Ada persepsi umum bahwa istri Akbar, ibu Jahangir, juga dikenal sebagai "Jodha Bai".
Namanya seperti dalam sejarah Mughal adalah Mariam-uz-Zamani. Tuzk-e-Jahangiri, otobiografi Jahangir, tidak menyebutkan Jodha Bai atau Harka Bai atau Heer Kunwari. Di dalamnya, dia disebut sebagai Mariam-uz-Zamani. Baik Akbarnama (biografi Akbar ditugaskan oleh Akbar sendiri), maupun teks sejarah dari periode merujuk padanya sebagai Jodha Bai.
Menurut Profesor Shirin Moosvi, seorang sejarawan dari Universitas Aligarh Muslim, nama "Jodha Bai" pertama kali digunakan untuk merujuk kepada istri Akbar pada abad ke-18 dan ke-19 dalam tulisan-tulisan sejarah. Menurut sejarawan Imtiaz Ahmad, direktur Perpustakaan Umum Khuda Baksh Oriental di Patna, itu Letnan Kolonel James Tod yang pertama kali disebutkan dalam Annals Jodhabai bukunya dan Purbakala dari Rajasthan.
"Di Akbarnama, ada yang menyebut Akbar menikah dengan putri Rajput dari Amer tapi namanya tidak Jodhaa," kata sejarawan dan direktur Baksh Perpustakaan Umum Oriental Khuda, Imtiaz Ahmad di Patna. Dia disebut sebagai Mariam Zamani (Maria Zaman). Ini adalah gelar, bukan nama. Lebih lanjut mengatakan bahwa Mariam Zamani adalah gelar mengacu pada wanita yang melahirkan Pangeran Salim, yang menjadi Kaisar Jehangir. Tapi nama Jodha tidak disebutkan di mana saja.
Profesor NR Farooqi, seorang sejarawan dari Allahabad Central University, menyatakan bahwa Jodha Bai bukan nama Ratu Akbar bukan itu nama istri Jahangir Taj Bibi Bilqis Makani Putri Jodhpur, yang nama aslinya adalah Jagat Gosain.
Dalam budaya populer
Jodha Bai, sering digunakan keliru dalam referensi untuk Mariam uz-Zamani, karakter utama dalam pemenang penghargaan dan legendaris film India Mughal-e-Azam (1960), disutradarai oleh K. Asif. Karakternya dimainkan oleh Durga Khote.
Jodha Bai adalah tokoh utama dalam film India epik Jodhaa Akbar (2008), disutradarai oleh Ashutosh Gowarikar. Aishwarya Rai bermain Jodha Bai.
Mariam uz-Zamani adalah karakter dalam novel kesembilan Salman Rushdie The Enchantress of Florence (2008). Dia juga disebut dalam buku dengan nama gadisnya, Hira Kunwari.
Jodha Bai adalah karakter utama dalam seri historis Ekta Kapoor Jodha Akbar (2013). Karakter ini diperankan oleh Paridhi Sharma.
0 komentar:
Posting Komentar