Senin, 10 November 2014

FIKSI: TELEPORTASI

Telepati adalah kemampuan untuk berkomunikasi atau saling menukarkan informasi dengan orang lain tanpa menggunakan indera.[1]
Dalam film-film populer, telepati digambarkan begitu fantastis. Antara dua orang mampu saling bercakap-cakap tanpa perlu berbicara. Namun, tentu saja telepati tidak sespektakuler yang digambarkan dalam film populer. Kebanyakan informasi yang disampaikan dalam telepati hanyalah gambaran-gambaran singkat.

Contoh

Berikut ini adalah contoh yang mengilustrasikan komunikasi telepati:
"Bayangkan kasus berikut. Tatkala sedang nonton bola bareng teman-temannya, Mimo (bukan nama sebenarnya), tiba-tiba merasa gelisah. Ia merasa harus segera pulang ke rumah. Ia khawatir dengan ibunya di rumah. Namun ia memutuskan untuk mengabaikan rasa gelisah yang tiba-tiba menyergap itu. Lama kelamaan, ia semakin gelisah dan akhirnya memutuskan pulang. Ternyata, dirumah sang ibu dalam kondisi pingsan."
Kebanyakan kasus telepati yang dilaporkan orang terdiri dari dua hal mendasar, yakni telepati terjadi antara dua orang atau lebih yang memiliki hubungan dekat (misalnya antara suami dan istri atau ibu dan anak), serta dalam situasi berbahaya. Ambil contoh kasus diatas. Ibu Mimo terpeleset di kamar mandi. Untuk sesaat dalam kondisi sangat kesakitan, ia sangat kuat memikirkan Mimo. Ia mungkin berpikir tidak akan lagi bisa melihat Mimo. Oleh karena itu, secara bersamaan Mimo menerima telepati dari sang ibu. Mimo menjadi gelisah, memikirkan sang ibu dan terdorong untuk pulang ke rumah.[1]

Dalam parapsikologi

Telepati dipercaya melibatkan fisiologis tubuh. Tidak semata-mata pikiran yang bekerja. Penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang menyampaikan sebuah informasi telepatik kepada orang lain, terjadi perubahan fisiologis dalam diri pengirim. Pada saat seorang pengirim pesan diminta berkonsentrasi memikirkan penerima pesan, respon kulit galvanik atau GSR, yang merupakan detektor alamiah terhadap stres psikologis dalam diri seseorang, meningkat. Pada saat relaks, GSR-nya kembali menurun.
Penelitian di laboratorium tersebut juga menunjukkan bahwa pada saat pengirim pesan berkonsentrasi pada penerima pesan, dimana terjadi peningkatan GSR, penerima pesan juga mengalami kenaikan GSR. Saat pengirim pesan dalam kondisi relaks, secara otomatis, GSR penerima pesan juga ikut menurun. Padahal, penerima pesan tidak tahu apakah pengirim pesan sedang berkonsentrasi atau sedang relaks. Jadi, secara fisiologis, penerima pesan merespon perubahan fisiologis pengirim pesan.
Dalam bidang parapsikologi, telepati dianggap sebagai suatu bentuk indera keenam di mana informasi dihubungkan melalui kemampuan psi. Hal ini sering dikategorikan sama dengan prekognisi dan kewaskitaan. Berbagai percobaan telah digunakan untuk menguji kemampuan telepati. Di antara yang paling terkenal adalah penggunaan kartu Zener dan metode Ganzfeld.[1]
Peradaban manusia berkembang sejalan perkembangan sains dan teknologi. Karena itu peradaban manusia berhutang budi pada sains dan teknologi. Kehadiran sains dan teknologi mampu menjawab banyak misteri masa lalu dan imajinasi masa depan. Salah satu misteri dan imajinasi masa depan yang mulai diungkap adalah teleportasi.
Teleportasi merupakan perpindahan objek atau partikel dasar dari satu tempat ke tempat yang lain segera tanpa bergerak dalam ruang. Ada juga ahli menambahkan bahwa teleportasi mencakup perpindahan objek ke suatu waktu baik masa lalu maupun masa depan.
Menurut Wikipedia kata teleportasi diciptakan pada tahun 1931 oleh penulis Amerika Charles Fort untuk menggambarkan penghilangan aneh dan penampilan dari anomali, yang ia menyarankan agar dapat menggabungkan, Ia menggabungkan dengan Yunani pada awalan tele - (berarti jauh) dan bahasa latin verba portare (yang berarti membawa). formal menggunakan pertama Fort kata itu dalam bab kedua dari buku 1931, Lo!.
Fenomena teleportasi telah menyita banyak perhatian dari para pakar peneliti terutama dari ahli fisika kuantum. Menurut Richard Feyman dan Ivan Geiver  (keduanya merupakan pemenang nobel Fisika) bahwa teleportasi-perpindahan fisik seseorang yang menembus ruang pembatas-adalah rasional. Sebuah eksperimen sukses terjadi di China Pada tahun 2010, ilmuwan di China berhasil melakukan teleportasi kuantum antara dua foton yang berjarak 16 kilometer, antara Badaling di Beijing dan Huailai di Provinsi Hebei.
Dalam kitab suci ada dikisahkan tentang berpindahnya tahta Ratu Bulqis di Yaman ke Istana Raja Sulaiman di Jerussalem, jarak antara negeri Yaman dan Palestina adalah berjarak ribuan kilometer. Tahta Ratu Bulqis berpindah hanya dalam hitungan detik dan yang memindahkan adalah seorang manusia bukan dari golongan jin.
Kisah agung ini tercatat manis dalam surah Semut ayat 38-42. Isyarat ilmiah diatas memberikan tantangan kepada manusia modern bahwa manusia mampu mentransfer objek dari satu tempat ke satu tempat lain yang jauh dalam beberapa saat saja.
Di lain tempat di ceritakan tentang kecepatan malaikat yang terbuat dari cahaya yang mampu naik ke langit dan turun ke bumi hanya dalam satu hari, sedangkan dalam perhitungan manusia kadarnya sampai 1000 tahun. Menurut  Dr. Mansour Hassab El Naby, seorang ahli fisika dari Mesir setelah melalu perhitungan yang rumit didapatkan fakta bahwa kecepatan cahaya 299792.5 Km/detik sebuah angka yang mendekati perhitungan US National Beureau standard (299792.45) dan The British national physical laboratory (299792.4590).

Dengan kecepatan cahaya yang hampir 300 ribu Km/detik ini sebuah materi/objek benda akan dengan mudah dipindahkan. Ini merupakan tantangan sains bagi manusia untuk melakukannya.
Saya belum tahu apakah peristiwa Isra Miraj dan kisah Ashabul kahfi bisa dianggap bagian dari teleportasi atau kedua peristiwa ini merupakan isyarat ilmiah tentang teleportasi.
Dasarnya bahwa kitab suci sendiri memberi jalan untuk menjawab beritanya melalui penelitian ilmiah. Agama tidak hadir untuk menghukum sains tapi membuka jalan bagi sains demi kemajuan umat manusia.
Konsep tentang teleportasi pernah menjadi bagian dalam scene serial televise Star Trek dan dalam film Time Mechine. Kisah tentang teleportasi yang paling popular adalah kisah Gil Perez seorang perwira Spanyol yang bertugas di Filipina. Pada suatu hari di tahun 1593 Gil Perez yang sedang bertugas di Filipina secara tak terduga tiba-tiba muncul di Meksiko yang jaraknya ribuan kilometer dengan pakaian pengawal lengkap. Fenomena Gil Prez ini dianggap mitos oleh sebagian besar ahli Fisika.
Konon dikisahkan pada suatu hari Umar yang sedang duduk di Madinah secara tak terduga berteriak “Sarayyah lari ke atas bukit” ketika melihat pasukan Sarayyah yang sedang terkepung di Syam.
Di kalangan santri atau cerita rakyat mitos tentang teleportasi sudah dianggap biasa. Kisah tentang guru atau wali yang bisa berpindah tempat dalam tempo yang singkat. Yang paling banyak adalah kasus santet dengan mengirim sesuatu benda masuk kedalam tubuh orang tersebut. Santet boleh jadi merupakan bagian teleportasi yang paling lumrah dilakukan. Dalam kasus santet para fisikawan sulit menerimanya karena dianggap irrasional. Jika benar santet merupakan bagian teleportasi maka teleportasi sesungguhnya mudah dan dapat dilakukan, tinggal bagaimana kekuatan sains bisa membuktikannya.
Benda-benda seperti televisi, telepon atau fax merupakan contoh paling sederhana teleportasi.Persoalan teleportasi tinggal menunggu waktunya untuk dipecahkan. Kemajuan teknologi mempermudah misteri dan sains spiritual terungkap. Dan selayaknya bagi kita untuk menghormati dan kagum pada kebesaran pencipta mahakarya yang bernama teleportasi.

Perkembangan Teleportasi

DI
 tahun 1980-an, ketika menonton serial Star Trek, kita dibuat terpana dengan adegan perpindahan seseorang dari satu tempat ke tempat lain, yang jaraknya puluhan ribu kilometer, dengan secepat kilat. Sejak itu, kita mulai akrab dengan istilah ’’teleportasi’’. Lalu, di tahun 1990-an, kita kembali terpesona dengan aksi teleportasi yang disuguhkan serial Quantum Leap.

Namun di era modern ini, teleportasi bukan lagi sekadar tontonan. April 2011 lalu, sebuah tim yang terdiri atas gabungan ilmuwan Australia dan Jepang berhasil melakukan uji coba teleportasi paket gelombang, berupa cahaya, ke lokasi yang berbeda menggunakan mesin bernama teleporter.

Teleportasi Kuantum

Teleportasi merupakan istilah yang diciptakan oleh para penulis cerita sains fiksi di masa lalu, untuk mendefinisikan proses pemindahan objek ke lokasi lain yang jaraknya sangat jauh, dengan kecepatan luar biasa. Adapun kuantum didefinisikan sebagai loncatan elektron pada partikel akibat proses pemanasan, getaran atau pemancaran. Proses ini menyebabkan perubahan pada struktur atomik partikel, yang disertai transfer energi elektromagnetik, sehingga bisa dikatakan, teleportasi kuantum adalah pemindahan objek dengan bantuan energi elektromagnetik.

Dalam prosesnya, objek teleportasi terlebih dahulu dilebur hingga tingkat atomik/kuanta, kemudian dikirim lewat sinyal elektromagnetik. Di lokasi tujuan, objek terbentuk kembali sesuai wujud semula beserta sifat aslinya, dalam waktu yang begitu singkat.

Eksperimen

Apa yang dilakukan ilmuwan Jepang dan Australia baru ñ baru ini, bukanlah yang pertama kali. Tahun 1997, Charles H Bennet dari Inter-national Business Machines (IBM) mengonfirmasi, teleportasi kuantum mungkin terjadi jika objek asli dihancurkan. Dalam eksperimennya, Ben-net bersama tim di University of Innsbruck Austria, berhasil meneleportasikan sebuah foton (partikel energi yang membawa cahaya). Di tempat tujuan, didapatkan replika foton dengan fisik dan sifat yang serupa aslinya.

Tahun 1998, para fisikawan dari California Institute of Technology (Caltech) juga berhasil melakukan teleportasi foton. Mereka mampu membaca struktur atomik foton, mengirimkannya melalui kabel jenis coaxial sejauh 1 meter, dan menciptakan replika foton tersebut. Sesuai prediksi, foton di lokasi asal hilang ketika replikanya terbentuk.
Tahun 2002, para peneliti di Australian National University (ANU) berhasil meneleportasikan sinar laser. Eksperimen berikutnya yang juga sukses adalah yang dilakukan Dr Eugene Polzik dan timnya dari Niels Bohr Institute di Copenhagen, 4 Oktober 2006 lalu.

Mereka berhasil meneleportasikan informasi berupa sinar laser di dalam suatu awan atom. Polzik menjelaskan, ini merupakan teleportasi dua objek berbeda (cahaya dan materi), yang satu sebagai pembawa informasi dan yang lain sebagai media penyimpanan. Polzik menambahkan, ini merupakan yang pertama di dunia.

Yang terbaru adalah eksperimen menggunakan teleporter di laboratorium Profesor Akira Furusawa, di Departemen Fisika Terapan Universitas, Tokyo, April 2011 lalu. Ini adalah uji coba pertama di dunia, yang meneleportasikan informasi kuantum kompleks. Berawal dari sini, nantinya akan dimungkinkan teleportasi informasi bervolume besar, dengan kecepatan dan ketelitian tinggi melalui jaringan komunikasi.

Teleportasi Manusia?

Untuk meneleportasikan manusia, harus dibangun mesin yang bisa mengidentifikasi dan menganalisis informasi berupa satu triliun lebih atom yang menyusun tubuh manusia. Kemudian, mesin itu juga harus bisa mengirim informasi tersebut ke tempat lain, di mana tubuh asli harus direkonstruksi dengan presisi penuh. Bahkan, molekul tak boleh bergeser satu milimeter pun dari posisi aslinya. Jika tak seperti itu, di lokasi tujuan orang tersebut akan muncul dengan cacat fisik.

Jika mesin seperti itu berhasil dibuat, tubuh asli takkan mungkin benar-benar dipindahkan. Mesin tersebut akan bekerja seperti mesin faksimile, namun dengan presisi yang jauh lebih tinggi.
Tubuh yang diteleportasi akan dibuat di mesin penerima. Lalu apa yang terjadi dengan tubuh asli? Ada satu teori yang menyatakan, teleportasi nantinya akan menggabungkan kloning genetik dengan proses digital (kloning biodigital).
Dalam kloning biodigital, tubuh yang dipindahkan akan tewas. Pikiran dan tubuh asli akan hilang. Sebagai gantinya, struktur atom tubuh akan dicipta ulang di lokasi lain, dan proses digital akan mencipta ulang memori, emosi, harapan dan impian, sehingga orang tersebut akan tetap ada, tapi dalam tubuh yang baru, dengan struktur atom yang sama dengan tubuh asli, dan diprogram dengan informasi yang sama.

Dari keterangan tersebut, maka dibutuhkan mesin yang sanggup merekam seluruh detail tiga dimensi tubuh manusia. Mesin itu juga harus dilengkapi teknologi berkapasitas 10 gigabit atau setara dengan 10 CD ROM.
Dibutuhkan pula teknologi pemecah sandi (enkriptografi), peralatan NMR (Nuclear Magnetic Resonance) dan ESR (Electron Spin Resonance), untuk memindai atom atau nukleus tubuh manusia.
Selain itu, juga dibutuhkan transmiter via satelit yang sanggup mengirim ribuan gigabit data hingga ke tempat terpencil, seperti yang sekarang dimiliki teknologi internet. Dengan kata lain, mesin ini harus mampu membaca perilaku unit zat yang paling kecil, yakni kuantum energi, berikut partikel subatomnya, seperti elektron, proton, dan quark.

0 komentar: