Kingdom hewan tidak hanya mencakup aneka ragam spesies yang masih hidup, namun juga aneka ragam spesies yang masih hidup, namun juga aneka ragam spesies yang telah punah yang jumlahnya lebih banyak (beberapa ahli paleontologi telah memperkirakan bahwa 99% dari semua spesies hewan telah punah). Berbagai peenelitian menunjukkan bahwa keaneka ragaman yang luar biasa ini berasal dari perubahan-perubahan evolusioner yang terjadi selama miliaran tahun terakhir. Misalnya, beberapa estimasi yang didasarkan pada jam molekular menyatakan bahwa nenek moyang hewan berdivergensi dari nenek moyang fungsi sekitar semiliar tahun lalu. Penelitian-penelitian serupa menyatakan bahwa nenek moyang bersama dari hewan-hewan yang masih ada mungkin hidup di suatu masa antara 675 dan 875 juta tahun lalu.
Untuk mempelajari seperti apa nenek moyang bersama tersebut, para saintis telah mencoba mengidentifikasi kelompok-kelompok protista yang berkerabat dekat dengan hewan. Kombinasi dari bukti morfologis dan molekular mengindikasikan bahwa choanoflagellata tergolong kerabat terdekat hewan. Berdasarkan hasil-hasil semacam itu, para peneliti membuah hipotesis bahwa nenek moyang bersama hewan yang masih hidup barangkali merupakan pemakan suspensi yang statis, mirip dengan choanoflagellata masa kini. Dalam bagian ini, kita akan menelaah bukti fosil tentang kehidupan hewan berevolusi dari nenek moyang bersama yang jauh selama empat era geologis.
Era Neoproterozoikum (1 miliar-542 juta tahun lalu)
Meskipun data molekular mengindikasikan asal-usul hewan yang lebih awal, fosil hewan makroskopik pertamayang banyak diterima berkisar dari 565 hingga 550 juta tahun. Fosil-fosil ini merupakan anggota sebuah kelompok eukarioa multiselular awal yang secara kolektif dikenal sebagai biota Ediakara. Organisme-organisme yang bertubuh lunak ini dinamai sesuai bukit Ediakara di Australia, tempat mereka pertama kali ditemukan. Sejak saat itu, fosil-fosil serupa telah ditemukan di benua-benua lain. Beberapa di antaranya adalah spons, sementara yang lain mungkin berkerabat dekat dengan knidaria yang masih ada. Fosil-fosil lain dari orgnanisme ini telah terbukti sulit untuk diklasifikasi, karena mereka tampaknya tidak berkerabat dekat dengan kelompok hewan atau tumbuhan yang masih ada.
Selain fosil-fosil makroskopoik ini, bebatuan Neoproterozoikum juga menghasilkan apa yang mungkin menjadi tanda-tanda mikroskopik hewan-hewan awal. Mikrofosil berumur 575 juta tahun yang ditemukan di Cina tampaknya menunjukkan organisasi struktural dasar embrio hewan masa kini, akan tetapi, masih terus berlanjut debat mengenai apakah fosil embrio tersebut adalah hewan yang berkerabat dekat dengan hewan (namun bukan benar-benar hewan). Walaupun fosil-fosil hewan yang lebih tua mungkin ditemukan di masa depan, catatan fosil seperti yang diketahui saat ini sangat mendukung pernyataan bahwa akhir era Neoproterozoikum adalah masa peningkatan keanekaragaman hewan.
Era Palezoikum (542 - 251 juta tahun lalu)
Diversifikasi hewan tampaknya meningkat pesat dari 535 hingga 525 juta tahun lalu, selama periode Kambrium pada Era Paleozoikum, fenomena yang sering disebut ledakan Kambrium. Pada strata yang terbentuk sebelum ledakan Kambrium, hanya segelintir filum hewan yang dapat dikenali. Namun pada strata yang berumur 535 sampai 525 juta tahun, ahli paleontologi telah menemukan fosil-fosil tertua dari sekitar setengah dari semua filum hewan yang masih ada, termasuk artropoda, kordata, dan ecinodermata pertama. Banyak fosil-fosil khas ini yang mencakup hewan-hewan pertama dengan rangka termineralisasi yang keras. Namun untuk sebagian besar bagian, para ahli paleontologi telah menetapkan bahwa fosil-fosil Kambrium tersebut merupakan anggota filum-filum hewan yang masih ada atau setidaknya kerabat dekat.
Apa yang menyebabkan ledakan kambrium? Saat ini ada beberapa hipotesis. Beberapa bukti menunjukkan bahwa hubungan predator-mangsa baru yang muncul pada Periode Kambrium menghasilkan keanekaragam melalui seleksi alam. Para predator memperoleh adaptasi-adaptasi baru, misalnya bentuk lokomosi yang membantu mereka menangkap mangsa, sedangkan spesies-spesies mangsa mendapatkan pertahanan-pertahanan baru, misalnya cangkang pelindung. Hipotesis lain berfokus pada peningkatan oksigen di atmosfer yang terkadi sebelum ledakan kambrium. Ketersediaan oksigen yang lebih banyak telah menyediakan kesempatan bagi hewan-hewan dengan laju metabolik yang lebih tinggi dan ukuran tubuh yang lebih besar untuk berkembang pesat. Hipotesis ketiga menunjukkan bahwa evolusi kompleks gen Hox menyediakan fleksibilitas perkembangan yang menyebabkan berbagai variasi dalam morfologi. Akan tetapi, hipotesis ini bukan berarti yang paling benar; hubungan predator-mangsa, perubahan-perubahan atmosfer, dan fleksibilitas perkembangan bisa memiliki peranan masing-masing.
Periode Kambrium diikuti oleh Periode Ordovisium, Silur dan Devon, ketika keanekaragaman hewan terus meningkat, walaupun disela oleh episode-episode kepunahan massal. Vertebrata (ikan) muncul sebagai predator tertinggi dari jejaring makanan di laut. Pada 460 juta tahun lalu, kelompok-kelompok yang berdiversifikasi selama masa Kambrium membawa dampak di daratan. Artropoda mulai beradapatasi dengan habitat darat, seperti yang diindikasikan oleh kemunculan kaki seribu dan lipan. Bengkakan pakis, rongga diperbesar yang menjadi tempat serangga merangsang pakis untuk tumbuh, memberikan perlindungan bagi serangga, berasal dari setidaknya 302 juta tahun lalu. Hal itu menunjukkan bahwa serangga dan tumbuhan telah saling memengaruhi evolusi satu sama lain pada saat itu.
Vertebrata berpindah ke daratan sekitar 360 juta tahun lalu dan berdiversifikasi menjadi banyak kelompok terestrial. Dua di antaranya sintas hingga kini: amfibia (misalnya katak dan salamander) dan amniota (reptilia dan mamalia).
Era Mesozoikum (251 - 65,5 juta tahun lalu)
Tidak ada kelompok hewan baru yang secara fundamental muncul selama era mesozoikum. Namun filum-filum hewan yang telah berevolusi selama Paleozoikum kini mulai menyebar ke habitat-habitat ekologis yang baru. Di samudera, terumbu karang pertama terbentuk, menyediakan habitat laut yang baru bagi hewan-hewan lain. Beberapa reptil kembali ke air dan berhasil menjadi predator akuatik besar. Di darat, penurunan dengan modifikasi pada beberapa tetrapoda menyebabkan kemunculan sayap dan perlengkapan penerbangan yang lain pada pterosaurus dan burung. Dinosaurus yang berukuran besar maupun kecil bermunculan baik sebagai predator maupun herbivor. Pada waktu yang sama, mamalia pertama , pemakan serangga nokturnal yang berukuran mungil juga menampakkan diri. Selain itu, tumbuhan angiospermae dan serangga sama-sama mengalami diversifikasi drastis selama mesozoikum akhir.
Era Kenozoikum (65,5 juta tahun lalu - sampai sekarang)
Kepunahan massal yang menimpa hewan darat maupun hewan laut membuka jalan bagi era baru, kenozoikum. Kelompok-kelompok spesies yang lenyap antara lain adalah dinosaurus yang tidak terbang dan berukuran besar dan reptil-reptil laut. Catatan fosil Kenozoikum awa mendokumentasikan peningkatan jumlah mamalia herbivora dan predator yang berukuran besar sewaktu mamalia mulai mengeksploitas relung-relung ekologis yang kosong. Iklim global perlahan-lahan mendingin selama Kenozoikum, memicu perubahan-perubahan penting pada banyak garis keturunan hewan. Misalnya di antara primata, beberapa spesies di Afrika beradaptasi dengan wilayah hutan terbuka dan sabana yang menggantikan hutan-hutan lebat sebelumnya. Nenek moyang spesies kita sendiri termasuk ke dalam kelompok kera padang rumput tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar