BIDASARI
Setelah
Baginda mendengarkan sembah
Wajah
yang manis pucat berubah
Baginda
berangkat dada ditebah
Hati
susah susah gelabah
Hulubalang
menteri larilah fana
Baginda
pun masuk ke dalam istana
Tuan
Puteri Pusparatna
Hatinya
terkejut terlalu bena
Puteri
itu hamil delapan bulan
Bertambah
sangat kesukaran
Dibawa
baginda turun berjalan
Suatu
pun tidak perbekalan
Setelah
sampai ke dalam hutan
Serta
berat dengan ketakutan
Baginda
tidak tahukan jalan
Puteri
pun sakit dengan keberatan
Adapun
akan tuan puteri
Oleh
Baginda dipimpin jari
Tidak
terbawa badan sendiri
Kasihan
melihat laki istri
Terlelu
belas di dalam hati
Sepanjang
jalan singgah berhenti
Barang
kehendak dituruti
Bertemu
sungai singgah mandi
"Bulan
purnama cahayanya terang,
Bintang seperti indah dikarang,
Rawannya Pungguk bukan sembarang,
Berahikah bulan ditanah seberang.
Bintang seperti indah dikarang,
Rawannya Pungguk bukan sembarang,
Berahikah bulan ditanah seberang.
Gemeralapan cahaya Bintang Kertika,
Beratur majelis bagai dijangka,
Sekaliannya bintang terbit belaka,
Pungguk melihat kalbunya duka...,
Beratur majelis bagai dijangka,
Sekaliannya bintang terbit belaka,
Pungguk melihat kalbunya duka...,
Tengah malam Pungguk terjaga,
Melihat Bintang Puyuh Laga,
Bintang Belantik beratur tiga,
Cahayanya terang tidak terhingga...
Melihat Bintang Puyuh Laga,
Bintang Belantik beratur tiga,
Cahayanya terang tidak terhingga...
Rawannya Pungguk tiada terperi,
Melihat Bintang Pari-Pari,
Bulan purnama cahaya berseri,
Haram tak boleh pungguk hampiri...
Melihat Bintang Pari-Pari,
Bulan purnama cahaya berseri,
Haram tak boleh pungguk hampiri...
Terbitlah bintang sebelah wetan,
Cahayanya limpah ditengah lautan,
Menantikan sampai janji suratan...
Cahayanya limpah ditengah lautan,
Menantikan sampai janji suratan...
Paksi berbunyi suaranya jarang,
Merak berbunyi segenap jurang,
Cengkerik bersyair mengatur sarang".
0 komentar:
Posting Komentar