Senin, 10 November 2014

SASTRA: BIDASARI dan BURUNG PUNGGUK

BIDASARI
Setelah Baginda mendengarkan sembah
Wajah yang manis pucat berubah
Baginda berangkat dada ditebah
Hati susah susah gelabah
Hulubalang menteri larilah fana
Baginda pun masuk ke dalam istana
Tuan Puteri Pusparatna
Hatinya terkejut terlalu bena
Puteri itu hamil delapan bulan
Bertambah sangat kesukaran
Dibawa baginda turun berjalan
Suatu pun tidak perbekalan
Setelah sampai ke dalam hutan
Serta berat dengan ketakutan
Baginda tidak tahukan jalan
Puteri pun sakit dengan keberatan
Adapun akan tuan puteri
Oleh Baginda dipimpin jari
Tidak terbawa badan sendiri
Kasihan melihat laki istri
Terlelu belas di dalam hati
Sepanjang jalan singgah berhenti
Barang kehendak dituruti
Bertemu sungai singgah mandi
 BURUNG PUNGGUK

"Bulan purnama cahayanya terang,
Bintang seperti indah dikarang,
Rawannya Pungguk bukan sembarang,
Berahikah bulan ditanah seberang.
Gemeralapan cahaya Bintang Kertika,
Beratur majelis bagai dijangka,
Sekaliannya bintang terbit belaka,
Pungguk melihat kalbunya duka...,
Tengah malam Pungguk terjaga,
Melihat Bintang Puyuh Laga,
Bintang Belantik beratur tiga,
Cahayanya terang tidak terhingga...
Rawannya Pungguk tiada terperi,
Melihat Bintang Pari-Pari,
Bulan purnama cahaya berseri,
Haram tak boleh pungguk hampiri...
Terbitlah bintang sebelah wetan,
Cahayanya limpah ditengah lautan,
Menantikan sampai janji suratan...
Hari malam Bulan nan terang,
Paksi berbunyi suaranya jarang,
Merak berbunyi segenap jurang,
Cengkerik bersyair mengatur sarang".

0 komentar: