Jumat, 26 September 2014

SENI MUSIK: Musik CAMPURSARI


2. Musik Campursari
a. Pengertian
Musik Campursari adalah Musik yang merupakan paduan dari musik kerawitan dan dangdut.
b. Fungsi
            Melestarikan budaya bangsa dalam hal ini campursari.
c. Tentang
Istilah campursari dalam dunia musik nasional Indonesia mengacu pada campuran (crossover) beberapa genre musik kontemporer Indonesia. Nama campursari diambil dari bahasa Jawa yang sebenarnya bersifat umum. Musik campursari di wilayah Jawa bagian tengah hingga timur khususnya terkait dengan modifikasi alat-alat musik gamelan sehingga dapat dikombinasi dengan instrumen musik barat, atau sebaliknya. Dalam kenyataannya, instrumen-instrumen 'asing' ini 'tunduk' pada pakem musik yang disukai masyarakat setempat: langgam Jawa dan gending.
Campursari pertama kali dipopulerkan oleh Manthous dengan memasukkan keyboard ke dalam orkestrasi gamelan pada sekitar akhir dekade 1980-an melalui kelompok gamelan "Maju Lancar". Kemudian secara pesat masuk unsur-unsur baru seperti langgam Jawa (keroncong) serta akhirnya dangdut. Pada dekade 2000-an telah dikenal bentuk-bentuk campursari yang merupakan campuran gamelan dan keroncong (misalnya Kena Goda dari Nurhana), campuran gamelan dan dangdut, serta campuran keroncong dan dangdut (congdut, populer dari lagu-lagu Didi Kempot). Meskipun perkembangan campursari banyak dikritik oleh para pendukung kemurnian aliran-aliran musik ini, semua pihak sepakat bahwa campursari merevitalisasi musik-musik tradisional di wilayah tanah Jawa.
Mungkin belum begitu banyak orang mengetahui sejarah musik campursari yang saat ini banyak disukai oleh para penggemarnya baik dari kawula muda ataupun orang tua,musik campursari asal muasalnya yang memperkenalkan adalah dalang kondang dari kota semarang yaitu Ki Narto sabdo,akan tetapi campursari yang waktu itu musiknya masih menggunakan gamelan jawa cuma lagu yang dinyanyikan irama atau gending yang nadanya dibikin dangdut ataupun lagu yang dinyanyikan bukan tembang-tembang yang berirama mocopat ataupun berjenis langgam. pada perkembanganya musik campursari semakin kedepan semakin modern dengan memasukan unsur alat musik modern seperti organ, guitar,bas dan lain sebagainya. Banyak kita ketahui pendobrak musik campur sari seperti sekarang ini yaitu Manthous, bersama grupnya CSGK(campursari gunung kidul) memberikan warna tersendiri terhadap perkembangan musik campursari seperti saat ini. musik campursari adalah murni musik jawa yang telah menjadi musik nasional dan banyak digemari semua golongan dan lapisan masyarakat.

d. Alat Musik                

 
 
 
      
-Saron : Saron atau yang biasanya disebut juga ricik ,adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan.
Dalam satu set gamelan biasanya mempunyai 4 saron, dan semuanya memiliki versi pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu.
-Ketipung
-Keyboard
-Drum
-Gitar
-Bass Elektrik : Gitar bass elektrik (biasa disebut Bass elektrik atau bass saja) adalah alat musik dawai yang menggunakan listrik untuk memperbesar suaranya. Penampilannya mirip dengan gitar listrik tapi ia memiliki tubuh yang lebih besar, leher yang lebih panjang, dan biasanya memiliki empat senar (dibandingkan dengan gitar yang memiliki enam senar).
e. Sejarah
Secara harfiah campursari artinya campur aduk, campur baur atau gabungan dari beraneka macam dan ragam. Campursari merupakan salah satu bentuk kesenian musik yang hidup berasal dari Jawa. Bentuk musik ini merupakan perpaduan permainan alat musik  berskala nada pentatonis (tradisional Indonesia) dan berskala nada diatonis (Barat), dimana dalam musik ini para seniman mencoba memadukan dua unsur musik yang berbeda untuk dapat memunculkan suatu bentuk musik yang baru.Campursari ini konon dipopulerkan oleh Ki Narto Sabdo melalui pertunjukan wayangkulit yang dimainkannya, namun musik campursari yang disuguhkannya masih dalam bentuk corak lama yaitu perpaduan gamelan asli dengan keroncong. Sementara campursari yang adasekarang lebih dikenal dengan campursari modern yang dipopulerkan oleh Manthous bersama saudara-saudaranya pada awal tahun 1993.

Manthos dengan kepekaaan musikalitasnya mengadakan inovasi besar-besaran terhadap campursari lama. Ia mencoba menggabungkan alat-alat musik tradisional jawa klasik seperti kendang, gong dan gender dipadu dengan alat musik keroncong seperti ukelele, cak dan cuk, seruling, bass betot, sertainstrument lainnya. Perpaduan alat musik tersebut menghasikan irama yang lumayan enak,terasa komplet, dan ada gregetnya jika dibandingkan irama kroncong maupun gending jawaklasik sebelumnya.Manthos juga mencoba bereksperimen dengan memasukkan instrument pengganti bass betot dan gitar klasik, yaitu dengan memasukkan bass dan gitar elektrik serta keyboard(piano elektrik) untuk menggantikan seruling dan ukelele. 

Kehadiran keyboard ini semakinmenghidupkan musikalitas campursari dan bunyi yang dihasilkan sangat sempurna. Ada lagitambahan berupa seperangkat drum, terciptalah kesempurnaan yang diinginkan dari musik campursari yang sesungguhnya. Selain itu dia juga mengadopsi musik dangdut ke dalammusik campursari ini walaupun tidak secara ekplisit, melainkan dalam beberapa baristertentu. Pada pertengahan tahun 1990-an, muncullah musisi-musisi campursari sepertiMaryati, Waljinah, Ngatirah, serta Didi Kempot.

f. Perkembangan
Kini dikenal bentuk-bentuk campursari yang merupakan campuran gamelan dan keroncong (misalnya Kena Goda dari Nurhana), campuran gamelan dan dangdut, serta campuran keroncong dan dangdut (congdut, populer dari lagu-lagu Didi Kempot). Meski perkembangan campursari banyak dikritik oleh para pendukung kemurnian aliran-aliran musik ini, semua pihak sepakat bahwa campursari merevitalisasi musik-musik tradisional di wilayah tanah Jawa.

Memang pada awal kemunculannya seputar 1993, jenis musik campursari banyak diperdebatkan para seniman dan pekerja seni. Ada yang berpendapat, jika seni gado-gado itu dibiarkan tumbuh, sama artinya dengan mencabik-cabik pakem irama musik keroncong. Di sini termasuk jenis-jenis seni keroncong yang di dalamnya ada langgam, stambul, serta keroncong asli sendiri. Pihak lain berargumentasi, kalau tetap berprinsip pada pakem keroncong murni, musik yang satu ini akan semakin dihindari kalangan muda.

Mengacu pada perkembangan kesenian tradisi, seperti wayang kulit, pendapat terakhir ini tidak bisa dibantah. Dengan pembaharuan di sana-sini, ternyata kesenian wayang yang konon peninggalan Sunan Kalijaga tersebut mendapat respons luar biasa, terutama dari generasi muda.

Namun di luar seluruh kritik yang menerpa perkembangan campursari, kegiatan bermusiknya menyelusup jauh ke pelosok, bahkan, konon berhasil mengungguli dangdut. Kalau terbukti benar, hal ini menunjukkan betapa kuat pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari rakyat setempat. Di dalam masa lebih dari seperempat abad, dangdut adalah kekuatan dahsyat yang melanda ke segala penjuru.

Sungguh kekuatan yang luar biasa, namun kini giliran campursari. Pengaruhnya tidak kalah hebat di berbagai komunitas, terutama di tengah masyarakat Jawa. Usut punya usut ternyata ada sebuah alasan kekuatan campursari ini, yakni kebebasan berekspresi di dalamnya. Kebebasan itu tidak mungkin didapat pada pertunjukan seni tradisional semacam wayang kulit atau klenengan. Kebebasan berekspresi itu menyangkut cara membawakan lagu yang begitu pasif pada sajian wayang kulit atau klenengan, sedangkan di musik campursari seorang penyanyi bisa membawakan lagu dengan berdiri sambil bergoyang-goyang.

Maka tidak heran jika campursari kini berkembang dengan pesat. Bukankah hakekat kesenian secara umum adalah medium ekspresi intelektual dan kultural manusia?


f. Tokoh & Penyanyi

-          Banyak tokoh dan penyanyi yang akrab dengan campursari, tapi hanya beberapa yang sudah dikenal luas oleh masyarakat diantaranya:
1. Manthous



 
 Manthous lahir di Desa Playen, Gunung Kidul pada tahun 1950. Ketika berusia 16 tahun, Manthous memberanikan diri pergi ke Jakarta. Pilihan utamanya adalah hidup ngamen, yang ia anggap mewakili bakatnya. Namun, pada tahun 1969 dia bergabung dengan orkes keroncong Bintang Jakarta pimpinan Budiman BJ. Kemudian, pada tahun tahun 1976, Manthous yang juga piawai bermain bass mendirikan grup band Bieb Blues berciri funky rock bersama dengan Bieb anak Benyamin S. Bieb Blues bertahan hingga tahun 1980. Kemudian, Manthous bergabung dengan Idris Sardi, dalam grup Gambang Kromong Benyamin S. Selain itu, sebelumnya ia pernah juga menjadi pengiring Bing Slamet ketika tampil melawak dalam Grup Kwartet Jaya.

Kelihatannya semua pengalaman inilah yang membuat Manthous menguasai aliran musik apa pun. Dalam khazanah dangdut, bahkan, dia juga menjadi panutan karena mampu mencipta trik-trik permainan bass, yang kemudian ditiru oleh para pemain bass dangdut sekarang.
Pada tahun 1993, Manthous mendirikan Grup Musik Campursari Maju Lancar Gunung Kidul. Garapannya menampilkan kekhasan campursari dengan langgam-langgam Jawa yang sudah ada. Ada warna rock, reggae, gambang kromong, dan lainnya. Ada juga tembang Jawa murni seperti Kutut Manggung, atau Bowo Asmorondono, dengan gamelan yang diwarnai keyboard dan gitar bas. Bersama grup musik yang berdiri tahun 1993 dan beranggotakan saudara atau rekan sedaerah di Playen, Gunungkidul, Yogyakarta itu, Manthous menyelesaikan sejumlah volume rekaman di Semarang. Omzet penjualan mencapai 50.000 kaset setiap volume, tertinggi dibanding kaset langgam atau keroncong umumnya pada tahun-tahun pertengahan 1990-an.Di samping menyanyi sendiri dalam kegiatan rekaman itu Manthuos juga menampilkan suara penyanyi Sulasmi dari Sragen, Minul dari Gunungkidul, dan Sunyahni dari Karanganyar. Beberapa lagunya yang populer di antaranya Anting-anting, Nyidamsari, Gandrung, dan Kutut Manggung.
Namun, karya besarnya yang banyak dikenal oleh orang Indonesia adalah Getuk yang pertama kali dipopulerkan oleh NurafniOctavia. Sampai sebelum akhirnya terkena serangan stroke, Manthous bersama Grup Campursari Maju Lancar Gunungkidul menjadi kiblat bagi para pencinta lagu-lagu langgam Jawa dan campursari.

            2. Didi Kempot
Didi Prasetyo, atau lebih dikenal dengan Didi Kempot, adalah tokoh campursari pasca-Manthous. Didi Kempot yang lahir di Solo, 31 Desember 1966, itu hanya jebolan kelas II SMA.
Awalnya anak dari Ranto Eddy Gudel, pelawak terkenal dari Solo itu adalah seorang pengamen. Dari dunia "jalanan" itulah, lahir lagu-lagunya yang kemudian menjadi hit, seperti Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, Tulung, Cucak Rowo, Wen-Cen-Yu, Yang Penting Hepi, dan Moblong Moblong. Khusus untuk Cucak Rowo, sebenarnya lagu ini merupakan remake atau pembuatan ulang dari lagu lama di Indonesia.
Saat ini, nama Didi Kempot sangat terkenal dan selalu dikaitkan dengan langgam Jawa dan Campursari. Didi tidak hanya terkenal di Indonesia, tetapi juga Suriname dan Belanda. Di kalangan masyarakat Jawa atau keturunan Jawa, dia dianggap sebagai superstar. Bahkan, ketika Presiden Suriname, Weyden Bosch datang berkunjung ke Indonesia pada tahun 1998, beliau mengundang Didi secara pribadi. Berkat dedikasinya kepada musik dan lagu berwarna langgam
Jawa, oleh warga Jawa di Belanda, dia kemudian diberi gelar Penyanyi Jawa Teladan.
ki-narto-sabdho.jpgAlbum pertama Didi muncul pada tahun 1999. Di dalamnya terdapat lagu Cidro dan Stasiun Balapan. Semula tidak ada seorang pun pedagang kaset yang melirik karyanya. Mungkin karena warna musiknya yang lain, dan gayanya yang edan, dibandingkan lagu Manthous dan Anjar Any yang sedang populer di tahun 1990-an. Namun kemudian, album pertamanya ternyata meledak di pasaran. Sejak saat itu, Didi mulai merasa yakin untuk menekuni tembang-tembang Jawa. Adik dari pelawak Mamiek Prakosa ini kemudian menjadi salah satu ikon dari campur sari. Tawaran untuk membuat album pun datang dengan deras, bahkan dia pernah membuat 12 album sekaligus dalam satu tahun.
3. Ki Narto Sabdo




                             Ki Nartosabdo[1] : lahir di Klaten, 25 Agustus 1925                                             meninggal di Semarang, 7 Oktober 1985  pada umur 60 tahun) adalah
seorang seniman musik dan dalang wayang kulit  legendaris dari Jawa Tengah, Indonesia. Salah satu dalang ternama saat ini, yaitu Ki Manteb Soedharsono mengakui bahwa Ki Nartosabdo adalah dalang wayang kulit terbaik yang pernah dimiliki Indonesia dan belum tergantikan sampai saat ini.
·          Contoh Lagu Campursari:
                                                                        1. Nyidamsari
Penyanyi Campursari lain diantaranya:           2. Anoman Obong
·         Nurhana                                                    3. Praon
·         Anik Sunyahni                                           4. Alun Alun Nganjuk
·         Sulasmi                                                     5. Stasiun Balapan
·         Koko Thole                                                6. Sewu Kuta
·         Cak Diqin
·         Dhimas Tedjo
·         Soimah Pancawati

0 komentar: